Kuliner-Asia – Asal Usul Putu Ayu
Putu Ayu Warisan Manis Nusantara yang Tak Pernah Redup
Di antara gemerlapnya tren kuliner kekinian, kue-kue tradisional Indonesia tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Salah satu yang terus eksis dari generasi ke generasi adalah putu ayu — kue mungil berwarna hijau dengan taburan kelapa parut di atasnya. Lembut, wangi pandan, dan rasa manis-gurih yang memanjakan lidah, adalah bukti bahwa keindahan bisa hadir dalam bentuk paling sederhana.
Tapi tahukah kamu? Di balik tampilan cantiknya, putu menyimpan sejarah, filosofi, dan nilai budaya yang menarik untuk ditelusuri. Yuk, kita kenali lebih dekat si hijau manis ini!
Asal Usul Putu Ayu Transformasi dari Tradisi ke Modernitas
Secara etimologis, kata “putu” mengacu pada berbagai jenis kue kukus yang di kenal luas di Asia Selatan dan Tenggara. Di India, “puttu” adalah makanan sarapan yang terbuat dari tepung beras dan kelapa kukus. Konsep ini kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan adaptasi lokal yang unik.
Di Indonesia sendiri, ada berbagai jenis putu seperti putu bambu, putu mayang, dan tentu saja. Putu bambu adalah kue tradisional yang di kukus dalam potongan bambu dengan isian gula merah, di kenal dengan suara siulan khas saat di jual keliling malam hari. Sedangkan putu ayu adalah versi yang lebih modern, dengan tampilan lebih lembut dan elegan.
Kata “ayu” dalam bahasa Jawa berarti “cantik” atau “indah”. Maka, putu ayu secara harfiah berarti “kue putu yang cantik”. Nama ini sangat tepat mengingat bentuknya yang menyerupai bunga, warnanya hijau alami dari daun pandan atau pasta pandan, dan taburan kelapa putih bersih di bagian atas — layaknya mahkota.
Kue ini di perkirakan mulai populer pada pertengahan abad ke-20, saat dapur rumah tangga mulai mengenal cetakan aluminium kecil dan penggunaan bahan-bahan seperti emulsifier (SP/TBM). Sejak saat itu, putu ayu menjadi favorit di berbagai acara: dari arisan ibu-ibu, hajatan, hingga sajian di Hari Raya.
Makna Filosofis di Balik Putu Ayu
Sebagai bagian dari kuliner tradisional, putu tidak hanya di nikmati karena rasanya, tetapi juga mengandung makna simbolis. Beberapa orang memaknainya sebagai lambang harmoni antara rasa manis dan gurih — simbol kehidupan yang penuh warna dan rasa.
Kelapa parut di bagian atasnya melambangkan kesederhanaan dan akar budaya Nusantara. Sementara warna hijau dari pandan bisa di maknai sebagai harapan, kesuburan, dan kesejukan — nilai-nilai yang sangat di junjung tinggi dalam kehidupan masyarakat agraris Indonesia.
Resep Putu Ayu Tradisional yang Lembut dan Harum Pandan
Kalau kamu ingin mencoba membuatnya sendiri di rumah, berikut resep putu yang mudah namun hasilnya lembut dan menggoda:
🍃 Bahan-bahan:
Bahan A (Taburan Kelapa):
- 100 gr kelapa parut kasar (pilih kelapa muda)
- Sejumput garam
- 1 lembar daun pandan (opsional)
- Kukus selama 10 menit, sisihkan
Bahan B (Adonan Putu Ayu):
- 2 butir telur
- 150 gr gula pasir
- 1 sdt SP (emulsifier)
- 200 gr tepung terigu protein sedang
- 1 sdt baking powder
- 100 ml santan kental
- 1 sdt pasta pandan (atau 100 ml air pandan dari blenderan daun pandan)
- ½ sdt vanili (opsional)
👩🍳 Langkah-langkah:
- Siapkan cetakan kecil: Olesi dengan sedikit minyak agar tidak lengket. Isi dasar cetakan dengan kelapa parut yang sudah di kukus, padatkan sedikit.
- Kocok bahan: Dalam wadah, kocok telur, gula, dan SP dengan mixer kecepatan tinggi hingga putih dan mengembang (kurang lebih 5–7 menit).
- Masukkan bahan cair: Tambahkan santan dan pasta pandan ke dalam adonan, aduk rata perlahan.
- Tambahkan tepung: Ayak tepung terigu dan baking powder, lalu masukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk menggunakan spatula hingga rata.
- Tuang ke cetakan: Tuang adonan ke cetakan berisi kelapa, jangan sampai penuh.
- Kukus: Kukus dalam dandang yang sudah di panaskan sebelumnya selama 15–20 menit dengan api sedang. Bungkus tutup kukusan dengan kain agar air tidak menetes ke adonan.
- Angkat dan dinginkan: Setelah matang, diamkan sejenak lalu keluarkan dari cetakan. Sajikan hangat atau suhu ruang.
Putu Ayu dalam Kehidupan Modern
Hari ini, putu ayu tidak hanya di jumpai di pasar tradisional, tapi juga di restoran modern, toko kue, hingga di jual dalam kemasan oleh pelaku UMKM. Inovasi pun berkembang: ada putu pelangi, putu cokelat, bahkan versi mini untuk isian hampers.
Namun, meski tampilannya berkembang, rasa dan jiwanya tetap sama lembut, wangi, dan menghangatkan hati. Putu ayu bukan sekadar makanan, tapi pengingat akan rumah, ibu, dan nilai-nilai kebaikan yang turun-temurun.
Penutup: Menjaga Rasa, Merawat Budaya
Di tengah gempuran makanan instan dan jajanan kekinian, putu ayu tetap bertahan sebagai bukti bahwa kue tradisional memiliki tempat abadi dalam selera dan jiwa masyarakat Indonesia. Membuat putu ayu di rumah bisa menjadi cara kecil namun bermakna untuk menjaga warisan kuliner dan mempererat ikatan keluarga.
Baca Juga : Mapo Tofu






